DOMINO99 - Pembunuh Sadis yang Kabur dari Lapas Lambaro Aceh, Acungkan Parang di Medan, Tewas Dikeroyok!
Pembunuh Sadis yang Kabur dari Lapas Lambaro Aceh, Acungkan Parang di Medan, Tewas Dikeroyok!
DOMINO99 - Napi asal Lapas Lambaro Aceh yang kabur ke Kota Medan tewas setelah mendapat amukan massa di Jalan Tunggul Hitam, Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal.
Menurut informasi yang diterima, napi Hamdani bin Rusli (47) warga Desa Belangau Basah, Kecamatan Mutiara Timur Pidie, Aceh ini harus berujung maut, setelah sebelumnya, ia terlibat keributan di sebuah warung di lokasi tersebut, pada Jumat (21/12/2018) kemarin.
Di warung itu, pelaku membuat onar dan membuat kerusakan sembari mengacungkan parang ke arah warga di dalam warung.
Warga yang tidak terima dengan perbuatan pelaku pun langsung menyerangnya.
Akibatnya, aksi amuk massa pun tak terhindarkan.
Petugas Polsek Sunggal yang mendapat laporan ini kemudian turun ke lokasi dan mengamankan pelaku yang awalnya tidak memiliki identitas ini.
Karena luka parah di sekujur tubuhnya, Hamdani lalu dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara.
Namun nyawanya tidak dapat diselamatkan, dan tewas pada Sabtu (22/12/2018).
"Setelah diselidiki ternyata pelaku merupakan narapidana asal Lapas Lambaro Aceh yang kabur bersama ratusan napi lainnya," kata Kapolsek Medan Sunggal Kompol Yasir Ahmadi, Selasa (25/12/2018).
Dikatakan Yasir, terkuaknya identitas Hamdani, setelah pihak Lapas Lambaro Aceh datang ke RS Bhayangkara Jalan KH Wahid Hasyim Medan dan memastikan pelaku yang tewas merupakan tahanan mereka yang kaburbeberapa waktu lalu.
Dalam peristiwa ini, Yasir mengatakan, pihaknya juga mengamankan sebilah parang, 1 unit kulkas, 1 unit kompor gas, dan 1 unit dispenser.
"Jenazah pelaku saat ini juga sudah diambil oleh pihak keluarga, untuk selanjutnya dimakamkan di Aceh Timur,"ujarnya.
Melansir serambinews, Hamdani merupakan narapidana yang dihukum mati karena membunuh seorang bidan di Pidie.
Hamdani juga tercatat napi LP II A Banda Aceh, yang kabur bersama 112 napi lainnya pada, Kamis (29/11/2018).
Hamdani awalnya telah divonis Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Sigli, Pidie, Senin (30/4/2018) dengan hukuman mati, karena menghabisi secara sadis istrinya, Nursiah binti Ibrahim (43) yang bertugas di Puskesmas Pembantu Cot Bada, Bireuen.
Kejadian pembunuhan itu terjadi di rumah orang tua Hamdani di Gampong Beulangong Basah, Ujong Rimba, Kecamatan Mutiara Timur.
Awalnya Hamdani menjalani hukuman di Rutan Kelas II B Benteng Sigli.
Kemudian Hamdani dipindahkan ke LP II A, Banda Aceh.
Namun, saat menjalani hukuman di LP II A, Banda Aceh, Kamis (29/11/2018), Hamdani kabur.
KARTULUDO, Selasa (25/12/2018), mengetahui Hamdani tewas di Medan diduga dikeroyok setelah beredarnya informasi di kanal WhatsApp.
Kapolres Pidie, AKBP Andy Nugraha Setiawan Siregar SIK, yang dihubungi Serambinews.com, Selasa (25/12/2018) mengatakan, masalah Hamdani perlu dikonfirmasi lagi ke Medan atau ke Polda Aceh karena kejadiannya di wilayah hukum Medan.
Hamdani juga tercatat napi LP II A Banda Aceh.
"Kalau jenazah Hamdani apakah sudah sampai di Mutiara Timur, tolong ditanyakan sama Kapolsek," sebutnya.
Kapolsek Mutiara Timur, AKP Hefi Bachri, yang dihubungi Serambinews.com, Selasa (25/12/2018) mengungkapkan, bahwa jenazah Hamdani telah sampai di Mutiara Timur, Selasa (25/12/2018) sekitar pukul 03.00 WIB, dini hari, setelah dijemput keluarganya.
"Rencana, Selasa (25/12/2018) dikebumikan di Gampong Beulangong Basah," pungkasnya.
Bunuh istri dengan 26 tusukan
Hamdani adalah pembunuh sadis yang membantai istrinya Nursiah binti Ibrahim (43), di Gampong Beulangong Basah, Kemukiman Ujong Rimba, Kecamatan Mutiara Timur, Pidie, Selasa (29/8) pukul 15.30 WIB.
Tim medis menemukan 26 tusukan di tubuh jenazah almarhumah Nursiah.
Jumlah tusukan benda tajam di tubuh Bu Bidan Nursiah dikatakan Kapolres Pidie, AKBP Andy Nugraha Setiawan Siregar SIK melalui Kapolsek Mutiara Timur, AKP Aiyub menjawab Serambi, Rabu (30/8) terkait penanganan kasus pembunuhan sadis itu.
Dalam pengusutan kasus tersebut polisi juga menemukan sebilah pisau dapur baru diasah yang diduga dipakai tersangka yang yakni suaminya, Hamdani (35), mengeksekusi korban.
Pisau dapur itu ditemukan di TKP dengan kondisi sudah miring yang diperkirakan karena hunjaman berkali-kali.
Seperti diberitakan, Nursiah bertugas sebagai bidan di Puskesmas Pembantu (Pustu) Cot Bada, Bireuen.
Perempuan kelahiran Meureudu ini tercatat menetap di Gampong Cot Krang, Kecamatan Peusangan, Bireuen, karena di sinilah sebelumnya dia tinggal bersama suami pertamanya yang sudah meninggal dunia.
Dari suami pertamanya, Nursiah dianugerahi tiga anak, yaitu Iga Dara Fonna (16), Irhas (12), dan Birul Walidaini (7).
Sedangkan kehidupan rumah tangganya dengan Hamdani baru berjalan sekitar delapan bulan hingga peristiwa mengenaskan itu terjadi.
Bagi Hamdani sendiri, Nursiah merupakan istri kedua.
Informasi terbaru yang diterima Serambi, pada hari menjelang kejadian itu Nursiah bersama Hamdani pulang ke Gampong Beulangong Basah, Pidie mengendarai mobil Avanza milik Nursiah.
Tujuan adalah melihat ibu mertuanya, Nuraini (55) yang sedang sakit keras (kasus DM).
Selama ini Nuraini dirawat di rumah dengan bantuan orang pintar.
Sebelum pembunuhan itu terjadi, Hamdani meminta bantuan ayahnya, Rusli untuk menjemput tiga anak tirinya di Bireuen dengan menggunakan mobil Avanza milik Nursiah.
Namun, saat ketiga anak Nursiah sedang dalam perjalanan ke Pidie, mereka mendapat kabar duka tentang terbunuhnya sang ibunda.
“Saya sangat sedih mendengar kabar bahwa mamak kami meninggal secara tragis akibat pembunuhan,” ujar Iga Dara Fonna (16), putri sulung Nursiah, siswi SMA di Bireuen.
Iga juga mengungkapkan, selama delapan bulan berumah tangga, ayah tiri kami sering bertengkar dengan mamak.
"Pada bulan Ramadhan lalu mamak sempat dicekiknya,” ungkap Iga.
Kapolres Pidie, AKBP Andy Nugraha Setiawan Siregar SIK melalui Kapolsek Mutiara Timur, AKP Aiyub kepada Serambi mengungkapkan ke-26 tusukan di tubuh korban terdapat di kepala bagian belakang, di wajah atas hidung, perut, kaki, tangan, dan sekujur tubuh.
Di rumah tempat korban dieksekusi, polisi juga menemukan baju dan celana panjang yang dipakai tersangka berlumuran darah.
Peristiwa berujung maut yang terjadi di rumah mertua Nursiah itu diduga berawal dari cekcok antara korban dan Hamdani.
Klimaksnya, pelaku menghujamkan tusukan bertubi-tubi ke tubuh Nursiah.
Dalam kondisi sempoyongan bersimbah darah, korban masih berusaha lari sambil minta tolong ke rumah nyawa tersangka di sebelah.
Korban dengan kondisi luka parah masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu.
Tersangka yang sedang marah mendobrak pintu lalu menghujamkan lagi tusukan bertubi-tubi ke tubuh istrinya.
Selanjutnya tersangka kabur mengendarai sepeda motor.
Masyarakat yang mengetahui kejadian itu langsung mengevakuasi korban ke Rumah Sakit Tgk Abdullah Syafiie Beureunuen namun nyawanya tak tertolong.
Laporan keluarga korban pada, Selasa (29/8/2017) bahwa ada emas senilai 28 mayam pada korban telah raib.
"Ada emas dipakai, yakni gelang, kalung dan ada pula emas ditaruh dalam tas. Totalnya 28 mayam telah hilang dilapor keluarga," kata Aiyub ditemui Serambinews.com, Rabu (30/8/2017).
Pembunuh Sadis yang Kabur dari Lapas Lambaro Aceh, Acungkan Parang di Medan, Tewas Dikeroyok!
DOMINO99 - Napi asal Lapas Lambaro Aceh yang kabur ke Kota Medan tewas setelah mendapat amukan massa di Jalan Tunggul Hitam, Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal.
Menurut informasi yang diterima, napi Hamdani bin Rusli (47) warga Desa Belangau Basah, Kecamatan Mutiara Timur Pidie, Aceh ini harus berujung maut, setelah sebelumnya, ia terlibat keributan di sebuah warung di lokasi tersebut, pada Jumat (21/12/2018) kemarin.
Di warung itu, pelaku membuat onar dan membuat kerusakan sembari mengacungkan parang ke arah warga di dalam warung.
Warga yang tidak terima dengan perbuatan pelaku pun langsung menyerangnya.
Akibatnya, aksi amuk massa pun tak terhindarkan.
Petugas Polsek Sunggal yang mendapat laporan ini kemudian turun ke lokasi dan mengamankan pelaku yang awalnya tidak memiliki identitas ini.
Karena luka parah di sekujur tubuhnya, Hamdani lalu dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara.
Namun nyawanya tidak dapat diselamatkan, dan tewas pada Sabtu (22/12/2018).
"Setelah diselidiki ternyata pelaku merupakan narapidana asal Lapas Lambaro Aceh yang kabur bersama ratusan napi lainnya," kata Kapolsek Medan Sunggal Kompol Yasir Ahmadi, Selasa (25/12/2018).
Dikatakan Yasir, terkuaknya identitas Hamdani, setelah pihak Lapas Lambaro Aceh datang ke RS Bhayangkara Jalan KH Wahid Hasyim Medan dan memastikan pelaku yang tewas merupakan tahanan mereka yang kaburbeberapa waktu lalu.
Dalam peristiwa ini, Yasir mengatakan, pihaknya juga mengamankan sebilah parang, 1 unit kulkas, 1 unit kompor gas, dan 1 unit dispenser.
"Jenazah pelaku saat ini juga sudah diambil oleh pihak keluarga, untuk selanjutnya dimakamkan di Aceh Timur,"ujarnya.
Melansir serambinews, Hamdani merupakan narapidana yang dihukum mati karena membunuh seorang bidan di Pidie.
Hamdani juga tercatat napi LP II A Banda Aceh, yang kabur bersama 112 napi lainnya pada, Kamis (29/11/2018).
Hamdani awalnya telah divonis Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Sigli, Pidie, Senin (30/4/2018) dengan hukuman mati, karena menghabisi secara sadis istrinya, Nursiah binti Ibrahim (43) yang bertugas di Puskesmas Pembantu Cot Bada, Bireuen.
Kejadian pembunuhan itu terjadi di rumah orang tua Hamdani di Gampong Beulangong Basah, Ujong Rimba, Kecamatan Mutiara Timur.
Awalnya Hamdani menjalani hukuman di Rutan Kelas II B Benteng Sigli.
Kemudian Hamdani dipindahkan ke LP II A, Banda Aceh.
Namun, saat menjalani hukuman di LP II A, Banda Aceh, Kamis (29/11/2018), Hamdani kabur.
KARTULUDO, Selasa (25/12/2018), mengetahui Hamdani tewas di Medan diduga dikeroyok setelah beredarnya informasi di kanal WhatsApp.
Kapolres Pidie, AKBP Andy Nugraha Setiawan Siregar SIK, yang dihubungi Serambinews.com, Selasa (25/12/2018) mengatakan, masalah Hamdani perlu dikonfirmasi lagi ke Medan atau ke Polda Aceh karena kejadiannya di wilayah hukum Medan.
Hamdani juga tercatat napi LP II A Banda Aceh.
"Kalau jenazah Hamdani apakah sudah sampai di Mutiara Timur, tolong ditanyakan sama Kapolsek," sebutnya.
Kapolsek Mutiara Timur, AKP Hefi Bachri, yang dihubungi Serambinews.com, Selasa (25/12/2018) mengungkapkan, bahwa jenazah Hamdani telah sampai di Mutiara Timur, Selasa (25/12/2018) sekitar pukul 03.00 WIB, dini hari, setelah dijemput keluarganya.
"Rencana, Selasa (25/12/2018) dikebumikan di Gampong Beulangong Basah," pungkasnya.
Bunuh istri dengan 26 tusukan
Hamdani adalah pembunuh sadis yang membantai istrinya Nursiah binti Ibrahim (43), di Gampong Beulangong Basah, Kemukiman Ujong Rimba, Kecamatan Mutiara Timur, Pidie, Selasa (29/8) pukul 15.30 WIB.
Tim medis menemukan 26 tusukan di tubuh jenazah almarhumah Nursiah.
Jumlah tusukan benda tajam di tubuh Bu Bidan Nursiah dikatakan Kapolres Pidie, AKBP Andy Nugraha Setiawan Siregar SIK melalui Kapolsek Mutiara Timur, AKP Aiyub menjawab Serambi, Rabu (30/8) terkait penanganan kasus pembunuhan sadis itu.
Dalam pengusutan kasus tersebut polisi juga menemukan sebilah pisau dapur baru diasah yang diduga dipakai tersangka yang yakni suaminya, Hamdani (35), mengeksekusi korban.
Pisau dapur itu ditemukan di TKP dengan kondisi sudah miring yang diperkirakan karena hunjaman berkali-kali.
Seperti diberitakan, Nursiah bertugas sebagai bidan di Puskesmas Pembantu (Pustu) Cot Bada, Bireuen.
Perempuan kelahiran Meureudu ini tercatat menetap di Gampong Cot Krang, Kecamatan Peusangan, Bireuen, karena di sinilah sebelumnya dia tinggal bersama suami pertamanya yang sudah meninggal dunia.
Dari suami pertamanya, Nursiah dianugerahi tiga anak, yaitu Iga Dara Fonna (16), Irhas (12), dan Birul Walidaini (7).
Sedangkan kehidupan rumah tangganya dengan Hamdani baru berjalan sekitar delapan bulan hingga peristiwa mengenaskan itu terjadi.
Bagi Hamdani sendiri, Nursiah merupakan istri kedua.
Informasi terbaru yang diterima Serambi, pada hari menjelang kejadian itu Nursiah bersama Hamdani pulang ke Gampong Beulangong Basah, Pidie mengendarai mobil Avanza milik Nursiah.
Tujuan adalah melihat ibu mertuanya, Nuraini (55) yang sedang sakit keras (kasus DM).
Selama ini Nuraini dirawat di rumah dengan bantuan orang pintar.
Sebelum pembunuhan itu terjadi, Hamdani meminta bantuan ayahnya, Rusli untuk menjemput tiga anak tirinya di Bireuen dengan menggunakan mobil Avanza milik Nursiah.
Namun, saat ketiga anak Nursiah sedang dalam perjalanan ke Pidie, mereka mendapat kabar duka tentang terbunuhnya sang ibunda.
“Saya sangat sedih mendengar kabar bahwa mamak kami meninggal secara tragis akibat pembunuhan,” ujar Iga Dara Fonna (16), putri sulung Nursiah, siswi SMA di Bireuen.
Iga juga mengungkapkan, selama delapan bulan berumah tangga, ayah tiri kami sering bertengkar dengan mamak.
"Pada bulan Ramadhan lalu mamak sempat dicekiknya,” ungkap Iga.
Kapolres Pidie, AKBP Andy Nugraha Setiawan Siregar SIK melalui Kapolsek Mutiara Timur, AKP Aiyub kepada Serambi mengungkapkan ke-26 tusukan di tubuh korban terdapat di kepala bagian belakang, di wajah atas hidung, perut, kaki, tangan, dan sekujur tubuh.
Di rumah tempat korban dieksekusi, polisi juga menemukan baju dan celana panjang yang dipakai tersangka berlumuran darah.
Peristiwa berujung maut yang terjadi di rumah mertua Nursiah itu diduga berawal dari cekcok antara korban dan Hamdani.
Klimaksnya, pelaku menghujamkan tusukan bertubi-tubi ke tubuh Nursiah.
Dalam kondisi sempoyongan bersimbah darah, korban masih berusaha lari sambil minta tolong ke rumah nyawa tersangka di sebelah.
Korban dengan kondisi luka parah masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu.
Tersangka yang sedang marah mendobrak pintu lalu menghujamkan lagi tusukan bertubi-tubi ke tubuh istrinya.
Selanjutnya tersangka kabur mengendarai sepeda motor.
Masyarakat yang mengetahui kejadian itu langsung mengevakuasi korban ke Rumah Sakit Tgk Abdullah Syafiie Beureunuen namun nyawanya tak tertolong.
Laporan keluarga korban pada, Selasa (29/8/2017) bahwa ada emas senilai 28 mayam pada korban telah raib.
"Ada emas dipakai, yakni gelang, kalung dan ada pula emas ditaruh dalam tas. Totalnya 28 mayam telah hilang dilapor keluarga," kata Aiyub ditemui Serambinews.com, Rabu (30/8/2017).
Tidak ada komentar